Kamis, 29 November 2018

40 Days In Europe - Maulana M. Syuhada

Judul             : 40 Days In Europe
Penulis          : Maulana M. Syuhada
Penerbit        : Mizan Media Utama
Tahun Terbit : 2007


             Sebuah buku yang berjudul 40 Days In Europe ini merupakan hasil karya seorang siswa lulusan SMAN 3 Bandung dan ITB bernama Maulana M. Syuhada. Kini, ia melanjutkan pendidikannya di Techniche Universitaet Hamburg. Buku ini merupakan buku non fiksi, yaitu salah satu pengalaman dalam kehidupan sang pengarang.
                40 Days In Europe, bertema petualangan sebuah kelompok angklung mengharumkan nama indonesia di tanah eropa. Buku ini menceritakan mengenai 35 orang asal indonesia yang tidak pernah menyerah dalam membawa misi Expand Sound of Angklung. Walaupun didera banyak cobaan hingga dihadapkan ke pilihan yang sulit yaitu menggelandang di eropa atau berenang melewati selat inggris, mereka tidak pernah menyerah. Dalam buku ini, tidak hanya diceritakan saat mereka sudah berada di eropa saja. Tetapi, buku ini menceritakan sejak melayangkan surat mengenai ESA 2004 ke salah satu alumni KPA yang tinggal di Hamburg meminta bantuan, lalu mulai dari menghubungi kota-kota di Eropa untukmengadakan konser atau acara, mencari festival yang akan diikuti, mencari dana, bahkan hingga alat transportasi antar negara. Setelah itu semua, baru diceritakan sejak mereka tiba di eropa, mulai dari hari pertama hingga hari ke empat puluh. Latar dalam buku ini antara lain hari-hari ketika masih di Bandung dan sudah berada di eropa. Latar tempatnya yaitu berbagai negara dan kota di eropa
           Buku ini tidak hanya sekedar sebuah buku yang berisi tulisan. Tetapi buku ini juga mengajarkan hal-hal tentang hidup. Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang bisa diambil dari buku ini, seperti mngajarkan kita untuk sabar, pantang menyerah, dan kekompakan   
                Pada bagian awal bagi penulis ceritanya sedikit membosankan. Namun, secara keseluruhan buku ini sudah sangat baik. Gaya bahasa yang digunakan tidak rumit dan mudah dimengerti sehingga sesuai untuk umur remaja ataupun yang lebih tua. Kesimpulannya buku ini sangat menarik untuk dibaca dan begitu banyak pelajaran mengenai hidup yang dapat diambil dari buku ini.


Akbar Reza, Siswa kelas XI SMA Tunas Unggul yang juga seorang pebalap off roader
Ikuti akun IG @akbarreza1234

Senin, 08 Oktober 2018

Ceros dan Batozar - Tere Liye


Judul: Ceros dan Batozar

Penulis: Tere Liye

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Jumlah halaman: 376 halaman

Ceros dan Batozar adalah buku pelengkap dari serial Bumi. Disebut buku pelengkap karena isinya tidak berhubungan langsung dengan cerita sebelumnya. Ini hanyalah cerita tambahan dari petualangan Raib, Ali, dan Seli ketika berkelana ke dunia paralel. Novel bergenre fantasi ini diterbitkan bersamaan dengan Komet, buku kelimanya, yaitu pada bulan Mei 2018.

Dalam sebuah karyawisata sekolah, Ali tanpa sengaja mendeteksi keberadaan dunia paralel di tempat bersejarah yang saat itu mereka kunjungi. Atas rasa ingin tahu yang tinggi, ketiga sahabat itu kemudian mencoba menerobos dunia paralel bersama ILY, kapsul ajaib yang dirakit oleh si jenius Ali. Kemudian, mereka bertemu dua petarung kembar yang memiliki kekuatan luar biasa. Raib, Ali, dan Seli juga menghadapi dua monster berbentuk badak raksasa yang anehnya hanya keluar di malam hari.

Lain cerita, ketiganya tanpa sengaja bertemu dengan sesosok monster yang diincar penghuni dunia paralel di sebuah rumah makan. Lagi-lagi, tiga sahabat itu nekat mengejar dan mencari informasi mengenai makhluk bernama Batozar itu. Meski telah diperingatkan oleh Miss Selena akan bahaya yang mengancam, mereka tetap gencar membuntuti Batozar yang bertubuh tinggi besar. Siapa sangka, mereka justru mendapatkan pengalaman berharga setelah menyingkap identitas asli monster tersebut.

Buku ini memiliki alur cerita yang menarik dan tidak tertebak. Dikemas dalam sampul yang unik dan rapi, setema dengan buku-buku sebelumnya. Isi ceritanya mengandung pelajaran dan hikmah tentang nilai-nilai kehidupan, khususnya persahabatan. Bahwa perbedaan tidak membatasi pertemanan dan justru mempererat kebersamaan.

Ceros dan Batozar direkomendasikan untuk para penggemar fantasi dan petualangan. Tidak membosankan meski memiliki jumlah halaman yang cukup tebal. Sangat cocok dibaca pada waktu luang. Isi ruang imajinasi sahabat Reaksi dengan karya Tere Liye yang satu ini!
                                                                                                                                             
Salam Karya - Shofi

Minggu, 30 September 2018

Ayah - Andrea Hirata



Judul: Ayah

Penulis: Andrea Hirata

Penerbit: PT Bentang Pustaka

Jumlah halaman: 412 halaman

Ayah merupakan sebuah novel yang ditulis oleh seorang penulis kondang asal Indonesia, Andrea Hirata. Beliau dikenal dengan karyanya berjudul Laskar Pelangi yang telah diterjemahkan dalam 34 bahasa asing. Lulusan Sheffield Hallam University ini bahkan memiliki Museum Kata, museum sastra pertama di Indonesia yang bertujuan untuk mendorong minat baca, khususnya di tanah air. Selain itu beliau juga berhasil memenangkan New York Book Festival 2013, kategori General Fiction.

Kisah ini dimulai dengan malam senyap yang menyisakan Sabari dengan lamunannya tentang Marlena, perempuan yang telah membuatnya gelisah, kecewa, menderita, tapi tetap cinta. Sabari, lelaki miskin, berparas jauh di bawah rata-rata, dan memiliki seorang kucing jantan bernama Abu Meong yang setia pada tuannya. Marlena, gadis elok menawan yang mampu menaklukan pria dengan satu kedipan mata. Dua insan yang saling bertolak belakang, namun menjadi peran utama dalam kisah asmara paling mengagumkan.

Sesuai dengan namanya, Sabari bin Insyafi, selalu sabar menghadapi halang rintang demi mendapat sang pujaan hati. Tak terhitung jumlah puisi yang kerap kali ia kirimkan pada perempuan berlesung pipi itu. Hingga akhirnya Sabari menjadi ayah dari seorang anak yang cerdas, tampan, dan baik hati bernama Zorro. Lagi-lagi, Sabari harus sabar menghdapi takdir kejam yang memisahkannya dengan dua orang yang paling dicintainya. Sabari adalah ayah paling lugu, gila, ambisius, dan pantang menyerah dalam menghadapi segala sesuatu.

Seperti biasa, Andrea Hirata selalu menyajikan sebuah karya dengan ciri khasnya yang menarik. Dikemas dengan rapi dan tertata sehingga membuat pembaca merasa nyaman. Memiliki alur yang tidak tertebak dan membuat  pembaca tidak kunjung bosan. Isi cerita yang mengagumkan, inspiratif, serta mengajarkan banyak hal khususnya tentang figur ayah yang kerap ditakacuhkan, dibiarkan, dan bahkan dilupakan.

Ayah sangat direkomendasikan bagi para penyuka novel inspiratif yang tidak terlalu berat dan mudah dipahami. Cocok dibaca untuk mengisi waktu senggang. Buku ini juga dapat memperkaya kosakata dalam berbahasa Indonesia. Jangan lupa untuk mengisi rak buku sahabat Reaksi dengan novel keren ini! 


Salam Karya - Shofi

Jumat, 31 Agustus 2018

Coraline



Hai, sahabat Reaksi!, memasuki tahun ajaran baru ini, Tim Reaksi TU bertambah anggota! Salah satunya adalah murid level 7 Chieftain bernama Zahra Ilma Zaidan. Ini adalah resensi pertama Zahra, mengenai sebuah film horror bernama Coraline. Salah satu film animasi menyeramkan, namun tetap seru. Mungkin, di antara teman-teman pernah menonton film ini. Ayo kita baca!



Judul: Coraline
Sutradara: Henry Selick
Genre: Horror
Rilis: 2009
Rating: ✩✩✩✩

         Film yang diproduksi tahun 2009 ini adalah salah satu film yang Based on the novel by atau dari novel karyanya Neil Gaiman, dan yang disutradarai oleh Henry Selick. Film ini juga diproduksi oleh Bill Mechanic, Claire Jennings, Henry Selick, Mary Sandell. Nah, pada film ini, Dakota Fanning, Teri Hatcher, Jennifer Saunders, Dawn French, Keith David, John Hodgman, Robert Bailey Jr, dan Ian McShane.
         Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Coraline yang baru pindah ke sebuah rumah yang terbagi menjadi tiga yaitu, Basement menjadi tempat tinggal Miss Spink dan Miss Forcible, mereka adalah aktor teater senior yang pernah berjaya pada zamannya, di rumah utama tinggal Coraline dan kedua orangtuanya, dan di loteng tinggal Mr. Bobinsky. Mr Bobinsky atau Mr. B adalah pemain sirkus Rusia yang melatih tikus tikus. Suatu hari, Coraline melihat sebuah pintu kecil yang tertutupi wallpaper dinding, Coraline pun meminta ibunya untuk membuka pintu itu, ibu yang sedang bekerja merasa terganggu karena sedan membuat katalog kebun untuk Majalahnya, Coraline pun merengek, akhirnya ibunya pun membuka pintu itu tetapi degan syarat Coraline tidak mengganggunya ketika ia sedang bekerja. Setelah dibuka ternyata isinya hanya dinding berbatu bata. 
       Saat Coraline tidur, ia bermimpi ada seekor tikus di bawah tempat tidurnya Coraline pun mengejarnya, ternyata tikus itu masuk ke dalam pintu kecil itu! Saat Coraline membukanya, ternyata didalam pintu itu ada sebuah terowongan, karena Coraline penasaran dia pu masuk ke terowongan itu, ternyata terowongan itu mengarah ke sebuah pintu kecil lagi. Ternyata setelah Coraline membuka pintu kecil itu dia sampai di sebuah ruangan yang sama seperti di rumahnya Coraline pun kecewa, tiba tiba dia mencium harum makanan dari dapur.
           Saat ia ke dapur, dia melihat ibunya memasak saat tengah malam, tiba tiba Ibunya menoleh dan ternyata itu bukan ibunya! Melainkan orang yang menyerupai ibunya tapi kedua matanya adalah sepasang kancing hitam. Singkat cerita Coraline mendapatkan semua yang ia mau di rumah yang mata orang orangnya kancing semua. Tapi suatu hari ibunya yang bermata kancing menawari dia, jika Coraline mau tinggal di rumah yang semua keinginannya terkabul, ia harus bermata kancing dan dengan cara ibu kancingnya menjahitkan kancing hitam di matanya. Singkat cerita, Coraline tidak mau dan membuat ibu kancingnya marah, ternyata ibu kancingnya berubah menjadi monster berwujud laba laba dengan semua anggota tubuh yang terbuat dari jarum jahit. Selain itu, ibu kancing juga menculik ibu dan ayah Coraline yang asli dan mengurung mereka di sebuah snow globe. Dengan penuh usaha, Coraline pun membebaskan orangtuanya dan mengalahkan ibu kancing yang ternyata bernama Beldam. Akhirnya, Coraline pun hidup bahagia dengan orangtuanya dan tetangga- tetangganya.
           Alur cerita film ini tidak membosankan dan selalu membuat yang menontonnya terpana. dan penasaran. Efek animasi yang ditampilkan pada setiap adegannya terasa memuaskan. THAT'S SATISFYING!!! Ini terlihat saat adegan beldam menuangkan jus untuk Coraline, seakan nyata!  Juga saat ibunya Coraline memilih baju di sebua toko, penampakan setiap helai bajunya sepeti nyata. Namun sayang dengan efek menggunak clay film ini terkesan membosankan bagi penonton dewasa.
dengan segala keunikan yang ada film ini tetap layak ditonton sobat REAKSI! 
                                         
kalau udah baca nontok kuy :V

zhr ilm zdn 2018
follow IG: @zahrailma_z
                  @zahrailmaa_

            

Minggu, 04 Maret 2018

Reaksi Magz Vol 2: Yang Muda, Yang Berbudaya!




Alhamdulillah Reaksi Magz Vol (Edisi) kedua telah terbit. Ini merupakan hasil kerja keras tim Reaksi SMP dan SMA Tunas Unggul yang telah menghimpun beberapa informasi dan karya sejak semester ganjil lalu. Dengan tim redaksi yang baru serta nuansa setting yang lebih colorfull diharapkan meningkatkan minat menulis sekaligus menjadi kebanggaan SMP dan SMA Tunas Unggul Bandung.
Kami ucapkan terima kasih kepada Yayasan Tunas Unggul, kepala sekolah, para guru dan siswa, juga Aisyah Tiara selaku penyunting tata letak.
Dengan dukungan semua pihak, semoga kami tetap konsisten dalam berkarya untuk menggerakan lingkungan sekitar secara positif.


Sila unduh selengkapnya

http://bit.ly/2DmjAOt



Kami sangat menanti apresiasi berupa kritik maupun saran pada kotak komentar di bawah ini.
Bagikan (share) link ini di media sosialmu jika menarik dan positif!

Salam Karya!

Kamis, 01 Maret 2018

Kenangan Dari Buyut - Rizky Muhammad Fajri




Ilustrasi: Google Chrome



              Hari ini akhirnya tiba. Hari saat sekolah SMP Tunas Unggul mengadakan pertukaran murid, antara Jepang dan Indonesia. Masing-masing dari kami mengirimkan tiga murid. Aku, Phalosa, dan Nadif sedang menunggu kedatangan ketiga murid tersebut. “Hey, apa mungkin, kita harus bicara Bahasa Inggris terlebih dahulu? Menanyakan mereka, apakah mereka berbicara Bahasa Indonesia,” Nadif bertanya padaku dan Phalosa. Lalu, Phalosa menjawab, “Mungkin, kita harus menanyakan mereka dulu. Rizky, kamu jago Bahasa Inggris, kamu yang tanyakan.” Aku hanya mengangguk untuk menjawab. Setelah beberapa menit menunggu, mereka akhirnya datang. Kami bertiga berjalan mendekati mereka, dan mereka berjalan mendekati kami. “Excuse me, but are you, Athena Kutsushi, Karma Maehara, and Isogai Yanagisawa?” aku bertanya. “Yes. Are you, Rizky, Nadif, and Phalosa?” Isogai bertanya. Aku mengangguk untuk menjawab pertanyaan mereka. “Do you speak Indonesian?” Aku bertanya kepada mereka. Lalu, Athena bilang, “Ya, kami bisa berbicara Bahasa Indonesia, tetapi belum terlalu lancar. Semoga kalian bisa memahami kami.” Setelah itu, kami disuruh untuk mendampingi murid-murid tersebut.
            Nadif bersama Isogai, Phalosa bersama Karma, dan Aku bersama Athena. Kami harus memberi murid-murid Jepang ini tur di Bandung. Kami menaiki sebuah mobil yang sama, untuk ke tempat yang sudah diberitahukan oleh guru. Destinasi pertama kami adalah Monumen Perjuangan. Sekarang, kami berenam dalam perjalanan menuju monumen tersebut. Saat yang lain senang mengobrol kepada satu sama lain, Athena bertanya, “Rizky, kamu orang mana?” Pertamanya, aku tidak mengerti, tapi aku akhirnya mengerti. “Oh ya! Aku orang Sunda,” jawabku. Dia mengangguk-angguk, tapi sepertinya dia tidak mengerti sama sekali. “Biar kujelaskan. Orang Sunda adalah kesukuan orang-orang dari bagian Barat Jawa. Kesukuan Sunda juga adalah kesukuan kedua paling besar setelah orang-orang kesukuan Jawa.” Setelah penjelasan itu, dia mulai mengerti. Lalu dia bertanya lagi, “Apakah orang-orang Sunda punya kebudayaan?” Mendengar itu, aku merasa tersinggung sedikit, karena harusnya dia sudah tahu bahwa setiap suku punya kebudayaan tersendiri! Tapi, aku meredam rasa kesalku, dan menjawab “Tentu saja Suku Sunda punya kebudayaan yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya, orang-orang sunda juga periang, ramah-ramah atau dalam Bahasa Sunda disebut soméah. Mereka juga murah senyum, lemah-lembut, dan sangat menghormati orang-orang yang lebih tua.” Saat aku melihat wajahnya, dia seperti anak kecil yang baru belajar penjumlahan. Lalu, dia bertanya lagi, "Berarti, kamu bisa bicara Bahasa Sunda?" Mungkin dia masih tidak bisa berpikir cepat. Aku hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan dia. "Bisakah kamu contohkan?" dia bertanya lagi. Aku menghembuskan nafas, dan bilang, “Néng téh geulis pisan." Dia terlihat sangat puas, mendengarku berbicara Bahasa Sunda. Tiba-tiba, ban mobil yang kami tumpangi, meletus.
"Sepertinya kita harus menunggu bantuan teman polisiku dulu di sini." Lalu kutelepon seseorang untuk membantuku. Karena sebenarnya aku tidak punya teman polisi. "Rizky, jelaskan lebih banyak lagi tentang Budaya Sunda," dia meminta kepadaku. Aku melihat ke matanya, dan aku bisa melihat, dia penuh rasa ingin tahu. “Baiklah.” Dia mengangguk dengan semangat. “Ada juga yang namanya nilai-nilai sunda, yaitu Silih Asih, Silih Asah dan Silih Asuh, yang berarti saling mengasihi, saling menyempurnakan atau memperbaiki, dan saling melindungi. Masyarakat Sunda juga memiliki kesenian tersendiri. Di antaranya adalah Wayang Golek. Wayang Golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita pewayangan. Ada juga alat-alat musik tradisional, seperti angklung, reak, dan lain-lain.” Lalu dia bertanya lagi, “Angklung dan reak itu seperti apa?” Gadis ini, dia pasti mendapatkan nilai seratus dalam semua pelajaran, karena banyak bertanya. Bagiku, mungkin terlalu banyak bertanya. Tetapi, aku disini untuk menjelaskan segalanya tentang kebudayaan Sunda. "Angklung adalah suatu instrumen musik yang terbuat dari bambu yang unik dan enak didengar. Angklung juga sudah menjadi salah satu Kebudayaan Sunda, dan telah  menjadi salah satu warisan bagi Indonesia. Seni Reak, atau kuda lumping, adalah sebuah pertunjukan yang terdiri dari empat alat musik ritmis yang berbentuk seperti drum yang terbuat dari kayu dan alas yang dipukul terbuat dari kulit sapi, yang disebut dog-dog yang ukurannya beragam, yaitu Tilingtit, yaitu berukuran kecil, Tung, yaitu lebih besar dari Tilingtit, Brung, yaitu kedua terbesar, dan yang terakhir, Badoblag, yaitu ukuran yang paling besar. Itulah Budaya Sunda.” Dia mengangguk-angguk lagi. Dia mengerti, dan aku tidak usah menjelaskan apa-apa lagi, untuk sekarang. Setelah beberapa saat, akhirnya, ban yang meletus sudah diganti dengan ban cadangan yang ada di belakang. Akhirnya, kami kembali dalam perjalanan menuju Monumen Perjuangan.
Setelah beberapa saat, kami semua akhirnya sampai, di Monumen Perjuangan. Monumen itu berbentuk seperti beberapa bilah bambu yang besar. Lalu, di belakangnya ada pepohonana yang cukup rindang dan subur. Yang terpampang paling jelas adalah adalah lambang garuda Indonesia. Aku melihat Athena dan teman-temannya, dan saat melihat wajah mereka, aku tahu saat itu, mereka menginginkan lebih banyak penjelasan, tentang Monumen Perjuangan. “Athena, Isogai, Karma, bilang saja kalau kamu inginkan sesuatu,” aku bilang pada mereka. Setelah itu, mereka bertiga berlari menuju dalam Monumen tersebut. Aku melihat pada jam tanganku, dan jam itu menunjukkan sekarang itu pukul 9 pagi. Waktu terasa sangat lambat saat kau menemani seseorang yang tidak tahu apa-apa tentang banyak tempat, karena aku, Phalosa, dan Nadif pergi dari apartemen yang kami sewa, pukul 8 pagi.
Setelah itu, kami menyusul mereka ke dalam Monumen tersebut. Saat di dalam, mereka ada di sana, menunggu kami untuk menghampiri. “Baiklah. Apakah ada hal yang ingin kalian ketahui?” Aku bertanya kepada mereka. Lalu, Athena menjawab, “Aku ingin tahu sejarah Dewi Sartika.” Aku mengangguk-angguk, karena pertanyaan kali ini sangatlah berat, tetapi tidak ada hal yang mustahil bagi aku, kecuali membuat orang mati hidup kembali, dan menentang Tuhan. Setelah mendengar pertanyaannya, aku mengambil tangannya dan menggenggamnya dengan erat agar tidak terlepas dari tanganku. “Mari kita mulai. Aku akan menjawab permintaanmu tadi, tentang Raden Dewi Sartika. Raden Dewi Sartika adalah salah satu pahlawan perempuan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dimana Raden Dewi Sartika dilahirkan pada tanggal 4, Desember, 1884, dan wafat pada tanggal 11, September 1947. Raden Ayu Dewi Sartika merupakan anak kedua dari lima bersaudara, di mana beliau adalah keturunan dari bangsawan. Setelah perang, Raden Ayu Dewi Sartika menikah dengan pria Indonesia yang bernama Udin Gutama. Lalu, adik Raden Ayu Dewi Sartika, Asep Palahudin, menikah dengan seorang wanita Jepang bernama Hibachi Tsunotsuke dan mereka mempunyai anak bernama Shinichi Tatsumi. Tetapi, Hibachi Tsunotsuke meninggal saat melahirkan, tetapi anak mereka berhasil dilahirkan, lalu Asep Palahudin meninggal karena penyakit jantung akut. Beberapa tahun kemudian, Shinichi memberi ide kepada Raden Ayu Dewi Sartika, untuk membuat sebuah sekolah khusus wanita. Lalu, Raden Ayu Dewi Sartika membuat sekolah tersebut, dengan nama Sekolah Isteri. pada ulang tahunnya yang ke-35, Raden Ayu Dewi Sartika dianugrahi gelar Orde Van Oranje-Nassau, sebagai penghargaan atas jasanya. Sampai sekarang pun, Raden Ayu Dewi Sartika telah dikenal sebagai seorang Pahlawan Nasional dan Perintis Pendidikan Wanita.”
Setelah penjelasan itu, Athena terlihat kelelahan. “Rizky, I think I need to sit down,” dia bilang padaku. Karena suatu hal, dia tiba-tiba berbicara Bahasa Inggris. Saat Athena sedang beristirahat, Phalosa menghampiriku, dan bilang, “Rizky, sepertinya aku dan Karma akan ke apartemen lebih dulu. Karma sepertinya terlihat sakit.” Aku mengangguk-angguk untuk menjawab dia. Setelah itu, mereka berdua berjalan keluar dari Monumen Perjuangan. “Ada lagi yang ingin kamu ketahui, Athena?” aku bertanya pada dia. Lalu, dia menjawab, “Apa kamu tahu, silsilah Raden Ayu Dewi Sartika?” Akhirnya, dia memberikanku sebuah pertanyaan yang sangat mudah. “Tentu saja. Nama ayah beliau yaitu Raden Rangga Somanegara. Raden Rangga Somanegara memiliki 5 anak. Anak pertama adalah Rafie Hatta, dan yang kedua adalah Raden Ayu Dewi Sartika Yang ke-3 adalah Asep Palahudin. Yang ke-4 adalah Naufal Swanto, dan anak bungsu bernama Salma Santika.” Setelah mendengar penjelasan tadi, dia sekarang ingin pergi ke tempat lain.
Kami berjalan keluar, dan saat kami keluar, mobil kami sudah siap. Saat kami berempat mau masuk ke dalam mobil tersebut, Nadif menarik aku dari Athena dan Isogai. “Ada apa?” aku bertanya. “Rizky, sepertinya aku dan Isogai akan ke apartemen lebih dulu. Aku merasa mual. Tenang, kami akan memakai angkutan kota.” Setelah itu Isogai menghampiri kami, dan menarik Nadif. “Rizky-san, arigatou gozaimasu,” Isogai bilang kepadaku. Kalau tidak salah, itu adalah cara orang Jepang bilang terima kasih. Setelah itu, aku berbalik kepada Athena. “Sepertinya kita sekarang hanya berdua saja?” ia bertanya. “Iya. Kamu ingin ke mana?” aku bertanya kepada Athena. Lalu, dia menjawab, “Aku ingin ke tempat dimana aku bisa mendapatkan pemandangan yang indah.” Jadi, pemandangan indah yang dia incar? Aku sama sekali, tidak tahu tempat yang memberikan pemandangan yang indah, kecuali… “Athena, aku tahu tempat di mana kita bisa melihat seluruh Bandung.” Setelah aku bilang itu, mata Athena langsung berbinar-binar, karena penasaran. Kami masuk ke dalam mobil, lalu aku menutup pintu mobil tersebut. “Di mana tempat ini?” Athena bertanya. Lalu, aku menjawab, “Tempat ini adalah, Dago Giri.” Dia langsung merasa sangat tidak sabar. aku bilang ke dia. Dia mengangguk untuk menanggapiku. Beberapa saat setelah Athena mendapatkan informasi-informasi yang sangat spesifik tadi saat di Monumen Perjuangan, ia jatuh tertidur. Saat melihat dia tertidur, saat aku melihat kejalan di depan, dan sepertinya masih akan lama, sampai di Dago Giri, jadi, aku ingin tidur dulu untuk sejenak. Aku melihat jam tanganku, sekarang sudah pukul 11 siang. Aku hanya bisa berharap, aku tertidur sampai sekitar jam tujuh malam, agar pemandangan dari Dago Giri itu lagi semaksimal-maksimalnya. Setelah aku tertidur, mobil mulai bergerak, dan jalanan menuju Dago Giri, mulai lancar, untuk sesaat. Aku terbangun dari tidurku yang sangat lelap dan nyenyak. Aku melihat jam tanganku, dan sepertinya permohonanku itu terkabulkan. Aku tertidur, selama delapan jam setengah !
Aku selalu ingin tertidur selama itu. Aku melihat di sebelahku, tidak ada Athena. Aku melihat keluar, dan disanalah dia berada. Aku juga ikut keluar, untuk melihat pemandangan Bandung, saat malam. Dia terduduk disana, menatap kebawah. Aku juga ikut duduk, tetapi sepertinya dia sedang melamun. Aku menjentikkan jariku untuk memastikan dia tidak melamun untuk terlalu lama. “Athena, wake-up. Is not very good to be in the clouds for too long”, ujarku kepada dia. Dia mengangguk-ngangguk, tapi sepertinya dia masih ling-lung akan sekitarnya. Setelah itu, kami berdua melihat pemandangan bercahaya, Bandung malam. “Menurutmu, ini tempat yang tepat, bukan?”, aku bertanya. Lalu, dia melihatku dengan penuh senyum, dan bilang, “Ya! Ini adalah tempat paling bagus di seluruh Bandung!”. Mendengar perkataannya, aku merasa lega. “Athena, aku ingin tahu,” ujarku. Dia melihatku kebingungan. “Sepertinya kamu hanya tertarik kepada Raden Ayu Dewi Sartika saja. Mengapa?“ Dia mengangguk-angguk, lalu dia mulai menjelaskan.
“Sebenarnya, aku tidak tertarik pada awalnya. Tetapi, setelah aku melihat silsilah keluargaku, Raden Ayu Dewi Sartika adalah bibiku. Lalu, aku meminta penjelasan dari kakekku, yaitu cucunya Asep Palahudin. Ternyata, Raden Ayu Dewi Sartika adalah orang Indonesia. Lalu, sekolah mengajukan pertukaran murid antara Indonesia dan Jepang. Aku mengajukan diri agar bisa mendapatkan penjelasan tentang bibiku. Itulah kebenarannya. " Setelah mendengar penjelasannnya, aku mulai mengerti.
“Apakah hanya itu?” aku bertanya kepada dia. Lalu. Dia menjawab, “Sebelum kakakku yang ke-tiga pergi ke Italia, dia memberikanku sebuah kalung dan sebuah cincin yang terbuat dari emas dan berlian. Aku kira ini hanyalah sebuah hadiah untuk mengenang dia, tetapi sesungguhnya, kalung dan cincin ini dari ibu kami, yang beliau dapatkan dari neneknya. Dan, ternyata neneknya adalah Raden Ayu Dewi Sartika.” Ternyata, keluarganya itu sangat mendalam. Kalau dipikir-pikir lagi, berarti Athena adalah keluarga bangsawan dari Indonesia? Semua hal ini membuatku bingung. “Mengapa kamu jadi tinggal di Jepang?” aku bertanya kepada dia. Lalu, dia menjawab, “Aku ikut ayah dan ibuku ke Jepang, karena mereka bilang Indonesia adalah negara penuh Yakuza.” Yakuza? Oh, sekarang aku ingat! Yakuza adalah panggilan untuk preman dalam Bahasa Jepang. “Sebenarnya ada yang lain lagi,” dia bilang padaku. “Ayahku mendengar dari nenekku, bahwa aku mewariskan semua harta milik buyutku, Raden Ayu Dewi Sartika.” Mendengar itu membuatku sangat terkejut. Dia sudah menjadi cucu seorang Pahlawan Nasional, dan sekarang, dia memberitahukanku bahwa dia mendapatkan seluruh warisan milik Raden Ayu Dewi Sartika! Aku menganggap semua itu mustahil, tetapi menjadi kenyataan. “Bolehkah aku mendapatkan sedikit warisanmu?” aku bertanya kepada dia. Lalu dia menjawab, “Boleh saja, tetapi, masih ada beberapa permintaan dariku.”
Aku sangat menanti pertanyaan ini. Semoga saja pertanyaan yang dilontarkan tidak terlalu menyusahkan. “Pertama, aku ingin lebih banyak pengalaman di Bandung. Ke-2, aku ingin bertemu teman-temanmu di Sekolah Tunas Unggul. Dan yang ke-3, aku ingin mengetahui lebih banyak tentang Raden Ayu Dewi Sartika. Yang ke-4, aku ingin mengetahui silsilah Raden Ayu Dewi Sartika lebih banyak dan lebih dalam. Dan yang terakhir, Rizky, aku ingin ke tempat lain, dan aku ingin mendengarkan suatu hal lagi,” dia meminta. Semoga, pertanyaan kali ini lebih sulit, karena empat pertanyaan sebelumnya, entah kenapa, terasa sangat mudah. Lalu, aku menanyakan balik, “Baiklah. Kamu ingin ke mana, Athena?” Lalu, dia bilang, “Aku ingin ke tempat dimana kita bisa berdua saja. Lalu, aku ingin mendengar segalanya tentang dirimu.” Mendengar itu, aku tersanjung. “Baiklah, tetapi ini akan menjadi malam yang panjang, karena ada banyak hal yang bisa diceritakan dariku. Kemungkinan kita sampai di apartemen, jam sepuluh, bisakah kamu bangun sampai larut malam?” Dia mengangguk-ngangguk dengan penuh kesenangan, dan ketidaksabaran. "Baiklah, Athena. Mari kita mulai."
The End

Senin, 26 Februari 2018

Sayembara Kutipan Merchandise Resmi TU Fest 2018

Sobat Reaksi! pasti sering membaca, melihat, bahkan menjadikan sebuah foto quotes (kutipan) untuk dijadikan postingan di media sosial, kan? Kekuatan kata dipadupadankan dengan desain latar yang artistik membuat siapapun termasuk kita sendiri bersugesti positif. Ini penting karena di era digital sekarang menyebar pesan-pesan positif dan perdamaian adalah salah satu jalan kita untuk berdakwah.

Hal inilah yang sempat terselenggara menjelang momen TU Fest beberapa hari yang lalu. Diadakan sebuah sayembara sederhana bagi seluruh siswa SMP-SMA Tunas Unggul untuk membuat sebuah kutipan (quotes) bertema "Kebudayaan" sesuai dengan tema besar TU Fest 2018 "Save our Culture!" Sayembara ini diselenggarakan untuk memberi ruang kreativitas menulis bagi para siswa. Terdapat puluhan siswa yang menyertakan karya kutipannya dengan berbagai bahasa: Indonesia, Sunda, maupun Inggris. Hingga terpilihlah 8 siswa yang kutipannya dijadikan merchandise resmi TU Fest 2018.
Berikut dokumentasi apresiasi sekolah terhadap 8 penulis tersebut.

























 



















Inilah ketujuh siswa (absen seorang siswi-Azzahra Ramadhanti) yang diapresiasi oleh sekolah untuk mendapatkan pin pertama hasil karya tulis mereka sendiri. 
Dari kanan ke kiri: Fildzah Ghaissani, Nahdia Rahma, Najla Haruka, Rayhan Shadiq, Liqo Rifatifatul, Arsyad Zein, Zulfan Zahwan.

Apresiasi tinggi kami sematkan juga kepada Irlo @irloeaf dan Kamil @kamilhf (Divisi Teknologi OSIS) yang mendesain kutipan-kutipan ini menjadi kreasi karya yang indah. Salut!


Selanjutnya bagi sobat Reaksi! yang ingin mendapatkan merchandise tersebut, dapat membelinya di koperasi sekolah yang akan dibuka dalam waktu dekat ini. Tunggu saja!


Dengan membaca aku mengenal dunia dan dengan menulis aku dikenal dunia!
Salam Karya!


Mau baca karya tulis kami yang lainnya, klik Beranda !

Rabu, 14 Februari 2018

Tunas Unggul Festival 2018 "Save our Culture!"





Liputan Tunas Unggul Festival 2018  yang ditulis Shofi dimuat dalam rubrik Belia Pikiran Rakyat halaman 20 pada Selasa (13/2)







Mau tau liputan selengkapnya, mari baca di bawah ini!




Kemeriahan TU Festival SMP Tunas Unggul 2018






Pada tanggal 2-3 Februari 2018, SMP Tunas Unggul mengadakan TU Festival yang tak lain merupakan sebutan baru untuk Open House yang telah dilaksanakan sejak tahun-tahun sebelumnya. TU Fest kali ini mengangkat tema “Save Our Culture”. Acara ini terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu Open Class, Sarasehan OSIS, dan Jumpa Gembira Gerakan Pramuka Satuan Penggalang (JUMBARA GRAPSAKA). SMP Tunas Unggul juga mengundang beberapa pelajar Korea dari Seongjeong Middle School yang telah beberapa tahun bekerjasama dengan pihak sekolah. Acara ini diketuai oleh salah satu guru SMP Tunas Unggul, yaitu Pak Mustafa. Beliau berkata bahwa diadakannya TU Fest ini bukan hanya untuk mengenalkan Tunas Unggul pada masyarakat, namun sekaligus dapat mengembangkan kreativitas serta melekatkan budaya Indonesia khususnya Jawa Barat pada siswa dan guru.








Hari pertama diisi dengan Open Class dan Sarasehan OSIS. Dimulai dengan pembukaan serta beberapa sambutan di lapangan depan gedung SMP Tunas Unggul. Dilanjutkan dengan Open Class yang telah dibagi menjadi beberapa kelas dalam bidang tradisi yang berbeda-beda. Terdapat kelas permainan tradisional, musik daerah, makanan tradisional, batik Indonesia, dan aksara Sunda. “Capek, riweuh, tapi seru!” begitulah yang diungkapkan Salmaa, salah satu siswi saat ditanya tentang kesannya mengisi Open Class. Pada siang harinya, OSIS SMP Tunas Unggul mengadakan Sarasehan atau pertemuan OSIS se-kota Bandung. Sarasehan OSIS ini baru pertama kali dilaksanakan oleh SMP Tunas Unggul. Kegiatan ini mengundang sekitar 40 SMP yang berada di kota Bandung serta Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk mengisi salah satu materi mengenai pencegahan narkoba. “Sarasehan OSIS ini bertujuan untuk mengenal, mengetahui, dan menjalin silaturahmi antar OSIS SMP se-kota Bandung.” ucap Aldifa, ketua OSIS SMP Tunas Unggul. 

Hari kedua diisi dengan JUMBARA GRAPSAKA yang mengundang beberapa SD di kota Bandung, khususnya Bandung Timur. Acara ini diawali dengan apel pembukaan di aula SD Tunas Unggul. Kemudian, para peserta memasuki pos-pos yang berisi materi oleh mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati. Diakhiri dengan lomba joget komando oleh masing-masing regu dan pengumuman pemenang. “Luar biasa!” itulah kata-kata yang terlontar dari Zulfa, salah satu peseta GRAPSAKA dari SD Tunas Unggul.






Penulis: Shofiyyah Mutiara @shofiyyahmt
(Ketua Reaksi! 2017-2018)

Foto: OSIS dan Dokumentasi Guru



Alhamdulillah liputan yang dirilis ini merupakan kedua kalinya secara beruntun dari liputan Open House yang ditulis Adinda Shaffira tahun lalu. Semoga sobat Reaksi! tetap bersemangat untuk menulis dan mencatat tiap kejadian menarik di sekitar kita.

Salam karya!





 





 

 
Design by Free WordPress Themes | Tata Letak oleh Mochamad Latif Faidah