Jumat, 21 Februari 2020

Fotografi Flora


"Kering"




Serasi satu tubuh dua warna





"Hijau segar"





"Kuning cerah"








Oleh: M. Ghathfaan

Minggu, 16 Februari 2020

Sakura Berdarah (Chapter 3)



Hasil gambar untuk gambar orang hitam putih png

                                          https://pixabay.com/id/vectors/siluet-laki-laki-hitam-dan-putih-1789199/


     Klark mulai menyerang secara membabi buta, Harumi terlihat masih berdiri dengan kaki yang bergetar. Klark kemudian menyerang secara frontal dan hampir mengenai Harumi, keberuntungan sepertinya berpihak pada Harumi karena tidak terkena serangan frontal tersebut. Sebelum Harumi siap Klark langsung menyerang titik bagian fatal Harumi.
“Szzzt (dengan cepat)”
     Ryu sudah berada di hadapan Harumi dan menahan serangan dari Klark. Dengan santai Ryu menahan serangan Klark seolah-olah sedang menahan serangga. Klark langsung meyerang Ryu dengan tangan satunya lagi. Ryu menahan kembali dengan sangat mudah.
“Apa kau sudah selesai?”
“Cih, siapa kau?”
“Bukan siapa-siapa.”
“Kau beruntung kali ini, Harumi. Awas kau nanti.”
“A-apa kau baik-baik saja Ryu?”
“Lain kali jangan membuat masalah jika kau tidak bisa menanganinya.”
“Ba-baik.”
     Ryu kembali menuju kelas. Duduk sendirian di samping jendela menatap langit yang luas. Menatap dengan penuh makna yang dalam tapi penuh kekosongan. Ryu berdiri lalu berjalan keluar kelas melewati lorong gedung yang sepi, beberapa kelas terlewati dan akhirnya terhenti di ujung lorong. Mengingat kembali saat bertemu terakhir kalinya di sekolah ini dengan orang yang disayangi. Tamat.



 Itu yang tertulis olehku di sebuah website yang kusukai. Cerita yang sangat pendek tapi mengingatkan diriku sendiri. Nama Dava yang terukir di dalam diriku saat aku terlahir.


     Aku berdiri dari meja dan menuju ke bawah mengambil beberapa minuman dingin untuk menyegarkan tubuhku. Berjalan keluar melewati dapur dan menatap langit. Terlelap dalam malam yang berbintang, matahari bangkit dari tempatnya menyinari bumi ini. Terbangun dari tidur yang terasa singkat. Bersiap-siap menuju sekolah, setelah itu aku berangkat ke sekolah. Seseorang menyapa saat aku berjalan, “Dav, apa kau sudah menyelesaikan tugas hari ini?”.

     
     Aku hanya mengangguk dengan lambat lambat. Setelah beberapa saat Mark membuka topik tentang bunga sakura yang indah. Tidak terasa bahwa sekolah sudah di depan mata. Mark langsung masuk ke dalam dan menarik kursi lalu duduk. Pelajaran di mulai dengan cepat, aku lirik langit yang berseberangan dengan jendela. Terlihat pohon sakura yang mekar dan terlihat berwarna merah muda. Saat mengalihkan pandangan terjadi sesuatu dan....




Bersambung.....

Jumat, 31 Januari 2020

NADIRA: Chapter 1






01

Nadira Angelica, Seorang gadis berambut panjang yang sedang berjalan di lorong sekolah nya. Namun tiba-tiba seorang temannya menabrak dengan sengaja sambil tertawa, Nadira tidak berniat untuk membalasnya dan kembali berjalan menuju kelas bernyanyi yang sebentar lagi akan segera dimulai.

             Dengan merdu Nadira bernyanyi dan sampailah Nadira di lirik akhir, “Nadira kamu sudah sangat baik dalam bernyanyi, sekarang kamu boleh pulang dan beristirahat” ujar Pak Rudi guru vokalnya. “Baik pak terimakasih” balas Nadira seraya meninggalkan ruangan musik itu. Sepanjang jalan pulang Nadira hanya melamun, tidak jelas memikirkan apa.

                                                                        ***

             Malam ini Nadira sedang duduk dan melamun di balkon rumahnya, tanpa disadari setetes air mata meluncur begitu saja melewati pipinya yang sangat lucu itu, “Kurang baikkah aku kepadanya?” Nadira bertanya pada diri sendiri, dia teringat akan perlakuan salah satu temannya yang sangat menyakiti hatinya.
             Bruk!
             Seorang gadis terjatuh tidak sengaja tertabrak  Nadira yang saat itu sedang berjalan di area sekolah. Nadira panik dan langsung membantu gadis itu untuk berdiri. Ternyata gadis itu adalah Citra, dia teman yang menyebalkan. Citra sering mencurahkan isi hatinya kepada Nadira tentang masalah-masalahnya. Namun, sikap Citra seringkali menyakiti hati Nadira walaupun tujuannya hanya untuk sekadar  bercanda. Tapi, Nadira belum bisa menerima bahkan sampai saat ini. “Aduuh Citra maaf banget aku tadi buru-buru soalnya udah ditunggu sama yang jemput” ucap Nadira merasa bersalah, “Maaf, maaf sakit tau!” balas Citra meringis pelan karena sakit yang ia rasakan.
             “Yaudah aku cariin obat dulu ya, kamu tunggu di sini” titah Nadira yang langsung meninggalkan Citra. Beberapa menit kemudian, Nadira datang membawa beberapa obat untuk mengobati Citra. “Sini Citra, aku obtain dulu, mana yang sakit?” tanya Nadira dengan lembut kepada Citra. “Udahlah gak usah! Sama aku aja!” ketus Citra seraya mengambil obat-obatan itu dari tangan Nadira dengan kasar. “Udah sana pulang, ngapain masih disini?” bentak Citra. Sambil menahan tangis, Nadira berdiri. “Yaudah, sekali lagi aku minta maaf”. Setelah itu Nadira pergi meninggalkan Citra. Masih tersimpan rasa bersalah dan rasa sakit hati di dalam benak Nadira.
              Sesampaionya dirumah, ponsel Nadira berbunyi menandakan ada pesan masuk. Tertulis di situ nama dari si pengirim pesan. Itu Citra.



Citra J : WOI ! SAKIT NIH KAKI AKU !
                                                                                   Nadira Angelica :  Yah L sakit banget emang ?               Maaf yaa… Aku gak sengaja tadi
Citra J : SEGAMPANG  ITU?         
Nadira Angelica :  iya aku bener bener minta maaf, aku gak sengaja, mau maafin aku? 
Citra J : G.

Jleb!
Hati Nadira terasa begitu sakit menghadapi temannya yang satu ini. Seribu kebaikan yang diberikan Nadira sebelumnya terlupakan dengan satu kesalahan dia waktu itu, dan itu tidak sengaja.




TO BE CONTINUED....


Tinggalkan jejak yaa !

Fadillah Rahmania

 
Design by Free WordPress Themes | Tata Letak oleh Mochamad Latif Faidah